J. Indro Surono, dari Pokja Ketahanan Pangan JKMC sekaligus pengurus Trubus Bina Swadaya mengatakan, bantuan kali ini disalurkan kepada keluarga terdampak Covid-19 di Lampung, Solo, Malang, dan 3 wilayah di Flores yaitu Ruteng, Ende dan Larantuka secara serentak, Minggu (9/8).
“Kegiatan ini melengkapi rangkaian 10 kota yang terpilih menjadi daerah penyaluran bantuan dari Trubus Bina Swadaya dan JKMC. Sebanyak 215 paket bantuan budidaya ikan dan sayur dalam ember serta paket urban farming disalurkan kepada warga terdampak Covid-19 yang terdiri dari beberapa kelompok,” terang Indro.
Di Lampung dan Solo, penyaluran bantuan melibatkan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Sementara di Malang dibantu oleh JKMC Chapter Malang yang bekerjasama dengan salah satu universitas di sana. “Yang menerima bantuan juga beragam. Ada muslim ada kristen, katolik. Di Malang justru penerima manfaat kebanyakan dari umat muslim,” terangnya.
Kemudian untuk penerima bantuan di Flores, mereka dibantu oleh lembaga swadaya masyarakat dan beberapa Paroki. Indro juga menjelaskan, selain di kota besar, warga terdampak di kota-kota kecil yang ada di Timur Indonesia saat ini juga butuh bantuan untuk memenuhi ketahanan pangan mereka. Karena seperti warga di kota besar, mereka yang tinggal di daerah pelosok juga terdampak cukup signifikan akibat wabah penyakit ini.
“Selain di kota-kota besar kita juga ambil sampel di kota-kota kecil. Karena mereka juga terdampak Covid. Mereka juga banyak yang kehilangan pekerjaan. Maka dengan adanya program ini, diharapkan bisa menjadi model. Bahwa Covid ini dampaknya ke mana-mana. Tidak hanya di kota besar, namun sudah sampai di kota-kota kecil, bahkan hingga ke pelosok seperti di Larantuka ini contohnya,” terang Indro lagi.
Pada prinsipnya, Indro menjelaskan, kepedulian TBS dan JKMC adalah tentang menjaga ketahanan pangan dan berupaya mencapai kemandirian pangan. Seperti di wilayah Flores ia menceritakan, rata-rata warga di sana mengelola lahan bersama-sama. Karena lahan masih luas tak seperti di kota besar.
“Karena masih luas, mereka memproduksi pangan di lahan-lahan yang ada secara berkelompok. Hasilnya kemudian dijual dan sebagian lagi dijadikan modal untuk membenihkan supaya hasilnya berkelanjutan,” terangnya.
Karena itu ia berharap, program ini dapat terus bergulir karena manfaatnya yang sangat besar untuk masyarakat, terutama di saat pandemi seperti sekarang ini. Tak hanya itu, ia juga berharap kegiatan ini menginspirasi banyak orang untuk melakukan hal yang sama. [RN]